Psikologi Tading Forex Untuk Sukses Trading

Managing your emotions is 60% of the trading game, and is difficult to achieve as it often goes against human nature!
- DR. VAN K. THARP, PHD-

Ketika mengalami kegagalan dalam trading forex, yang dilakukan trader biasanya adalah mengubah sistem/strategi trading, indikator dan segala hal teknis lainnya. Trading bukan hanya mengenai grafik, analisis teknika ataupun fundamental. Sering kali kita lebih terfokus tentang strategi mana yang terbaik untuk memprediksi market.

Faktanya, sekalipun kita meniru persis sebuah strategi yang sangat bagus dari seorang pakar, tidak semua dari kita bisa menjalankan strategi tersebut dengan baik! Mengapa? Karena faktor psikologis berperan sangat besar.

Permasalahannya tidak terletak pada metode atau strategi tradingnya, melainkan pada kondisi psikis trader. Musuh terbesar trader forex bukanlah market, melainkan dirinya sendiri. Sering kali trader forex menghabiskan begitu banyak waktu untuk menguasai market, namun lupa untuk menguasai diri sendiri.

Riset membuktikan bahwa otak manusia/logika berperan 12%-45% saja dalam pengambilan keputusan, sedangkan emosi 55%-88%. Keberhasilan dalam trading forex yang didasarkan pada respons emosional merupakan sebuah kebetulan yang tidak bisa membuat kita memperoleh profit yang konsisten. Trader forex sulit bersikap objektif karena, sebagai manusia, ia dipengaruhi oleh gejolak emosi. Kesuksesan trading forex merupakan hasil rangkaian antara strategi dan emosi yang terkendali, sehingga menghasilkan tindakan yang tepat.

Dalam sejumlah penelitian telah ditemukan bahwa sifat alami manusia atau yang kita sebut akal sehat adalah kendala paling umum dalam menjalankan sistem trading. Dr. Van K. Tharp, Ph.D mengatakan bahwa trading yang sukses memerlukan penguasaan psikologi trading (60%), mone management (30%), dan sistem trading (10%).

psikologi trading forex

Musuh utama trader : rasa takut dan serakah

Rasa takut dan serakah sering mempermainkan emosi trader, yang membuat trader tersebut tidak bisa mengambil keputusan secara objektif, membutakan akal sehatnya sehingga ia tidak bisa bertindak bijaksana. Rasa takut dan serakah membuat trader mengakhiri karier tradingnya begitu cepat dengan kegagalan yang menyakitkan.

Rasa takut membuat trader tidak objektif

Tuhan menciptakan rasa takut supaya kita waspada. Rasa takut dalam porsi yang wajar akan melindungi kita. Takut yang wajar dalam trading bisa diartikan sebagai takut jika trading plan tidak dilaksanakan dengan disiplin, maka transaksi akan berisiko tinggi.
Dalam transaksi yang berstatus rugi, trader yang takut hanya akan berfokus pada informasi yang membenarkan pendapatnya dan mengabaikan faktor-faktor yang bertentangan dengan pendapatnya. Namun dalam transaksi yang berstatus profit, trader yang ketakutan akan bertindak sebaliknya. Karena takut mengalami kerugian, ia akan berfikir bahwa market akan mengambil keuntungannya. Ia akan mengabaikan semua informasi yang mengatakan bahwa market masih memberikan peluang yang menguntungkan. Ia sangat takut market akan mengambil keuntungannya; karena itu , ia terburu-buru keluar tanpa menghiraukan bahwa masih ada peluang profit yang cukup besar didalamnya.Ketika kemudian market melanjutkan pergerakannya, ia sangat menyesal karena tidak dapat menahan posisinya sedikit lebih lama.

Satu-satunya cara untuk mengurangi stres dan rasa takut adalah berhenti dari kegiatan trading selama beberapa saat sampai rasa takut sembuh.

Serakah: mengejar keuntungan dan melupakan risiko.

Trader forex mudah sekali tergoda oleh perasaan serakah, tidak puas dengan keuntungan yang telah dicapainya. Seorang trader forex, ketika telah memperoleh keuntungan sebesar 50 pips, ia menginginkan 100 pips. Bila telah mencapai keuntunga 100 pips, ia menginginkan 200 pips, dan seterusnya. Apa yang sebenarnya membuat trader sulit merasa puas?
Sulit merasa puas sebenarnya merupakan sifat dasar kebanyakan orang. Mereka tidak merasa puas sekalipun mereka telah memperoleh apa yang mereka inginkan. Mereka akan selalu ingin lebih dan lebih. Demikian pula trader, selain mempunyai sifat dasar sulit untuk merasa puas, ia juga sering kali mempunyai mindset yang salah, yaitu ingin cepat kaya melalui trading forex.

Tidak jarang trader menjadi serakah karena faktor eksternal, seperti kebutuhan mendadak untuk berobat, membeli mobil baru, biaya liburan dan sebagainya. Ketika trader memasukkan faktor eksternal tersebut dalam trading mereka, ia tidak dapat bersikap objektif dan cenderung ingin cepat memperoleh uang. Demikian pula ketika ia trading dengan menggunakan dana yang seharusnya ia pakai untuk kebutuhan hidup sehari-hari, ia cenderung mudah dipermainkan oleh emosi. 

Trader semacam itu sulit merasa puas karena tujuan utama mereka adalah mengejar uang. Ketika uang menjadi tujuan utama, kita akan mencari cara yang tercepat dan termudah karena uang menjadi prioritas utama. Keinginan trader dalam mengejar uang memberi perintah yang amat kuat kepada alam bawah sadar. Alam bawah sadar akan mencari cara apa pun untuk mewujudkan tujuannya. Mindset yang salah membutakan akal sehat trader, sehingga ia tidak dapat menganbil keputusaan yang bijaksana. Semua ini tercermin dalam sikap tamak sang trader.
Oleh karena itu, membenahi mindset trader sejak awal sangatlah penting karena pada umumnya trader mengawali aktivitas tradingnya dengan keinginan untuk cepat kaya.

Fokuskan diri Anda pada proses pembelajaran dalam trading. Pembelajaran dalam trading forex tidak hanya mengenai tentang mengejar uang, namun akan menjadi sebuah pengalaman baru bagi Anda, pengalaman yang menyenangkan. Dengan terus belajar dan melakukan improvisasi, Anda akan berfokus pada hasil terbaik, yaitu meminimalkan risiko dan memaksimalkan rewards. 
Tujuan utama Anda dalam trading forex adalah menciptakan transaksi yang berkualitas. Jika Anda telah berhasil menciptakan transaksi berkualitas, otomatis Anda akan memperoleh hasil yang berkualitas pula. Meskipun keuntungan yang Anda peroleh tidak selalu spektakuler, namun konsistensi akan mengantar Anda pada keberhasilan.
close
Banner iklan disini